Sabtu, 10 November 2012

Putra-Putra terbaik Minangkabau untuk Indonesia


                 Torehan Prestasi Putra Ranah Minang Untuk RI


 
Banyak tokoh-tokoh minangkabau yang telah berjasa terhadap Republik Indonesia, sebut saja Chaerul Saleh yang menduduki jabatan menteri terbanyak (12 jabatan) di enam kabinet, di luar jabatan Waperdam, karena jabatan rangkap. Bung Hatta dan Sutan Syahrir juga begitu.
Di samping sebagai Wakil Presiden dan Perdana Menteri, keduanya antara lain merangkap jabatan menteri Luar Negeri, Dalam Negeri dan Pertahanan.
Prof.Emil Salim menjadi menteri terlama, 22 tahun (1971-1993) dalam lima Kabinet Pembangunan, sebagai Menteri Negara, Menteri Perhubungan, Menteri KLH (2 kali) dan Menteri LH.
Agus Salim, Muh.Yamin dan Emil Salim lima kali menjadi menteri. Muhammad Natsir, Awaluddin Djamin dan Bustanil Arifin tiga kali. AK Gani, Bung Hatta, Abdul Halim, Bahder Djohan, Azwar Anas dan Syarifuddin Baharsyah masing-masing dua kali.
Yang hanya sekali Dr.M. Amir, Muhammad Syafei, Syahbuddin Latif, St.Muh. Rasyid, Abu Hanifah, Assaat, Mr.M.Nasrun, Prof.SM Abidin, Syamsuddin St.Makmur, Eny Karim, KH Rusli Abd. Wahid, Dahlan Ibrahim, Kol. Nazir, AR Suhud, Harun Zain, Tarmizi Taher dan Abdul Latif.
Sampai Kabinet Pembangunan VI, Menlu dan Menpen ditempati paling banyak delapan kali. Menteri Tenaga Kerja dan Perindustrian 5 kali. Menko, Mendagri dan Menneg tanpa tugas khusus 4 kali. Menteri Pertanian, Koperasi, dan Menteri/Wakil Ketua MPRS masing-masing tiga kali.
Yang dua kali, Menteri Kemakmuran, Pembangunan, Pertahanan, Perburuhan, Perhubungan, KLH dan Urusan Veteran. Yang hanya sekali, Menteri Sosial, Pelayaran, Menneg/Wakil Ketua Bappenas, Menteri Sosio Kulturil, Menteri/Ketua Dewan Perancang Nasional, Lingkungan Hidup, Urusan Minyak dan Gas Bumi dan Menteri Agama.


Sutan Syahrir dan Bung Hatta menjadi Perdana Menteri di awal kemerdekaan, benar-benar dalam situasi sulit. Di samping menghadapi penjajah, tantangan dari dalam pun muncul betubi-tubi.
Syahrir menggantikan Soe karno sebagai Kepala Pemerintahan (Perdana Menteri), mengantisipasi tuduhan dunia, Indonesia Merdeka adalah boneka Jepang. Syahrir dianggap tepat, karena semasa pendudukan Jepang dia pemimpin yang bergerak di bawah tanah melakukan perlawanan terhadap Jepang.
Kepemimpinan Bung Hatta berhadapan dengan perlawanan PKI, berpuncak pada pemberontakan PKI Madian (1948). Ketegasan Bung Hattalah yang membuat PKI yang dipimpin Muso kocar kacir. Kenyataan itu menyebabkan PKI sangat membencii Bung Hatta.

Setelah Reformasi, pada Kabinet Reformasi Pembangunan yang dipimpin Presiden BJ Habibie, setidaknya seorang putra Minang ada di dalam kabinet, yaitu mantan Gubernur Sumbar, Hasan Basri Durin yang dipercaya menjadi Menteri Agraria.
Pada Kabinet Gotong Royong yang dipimpin Presiden Megawati, putra Minang yang menjadi menteri adalah Bach tiar Chamsyah sebagai Menteri Sosial, dan Yusril Ihza Mahendra sebagai Menteri Sekretaris Negara.
Yusril Ihza Mahendra yang dikenal sebagai putra Bangka, menurut informasi, dia sebenarnya berasal dari sebuah kenegarian di pedalaman Limapuluh Kota. Kelahiran Bangkinang, Riau, semasa kecil orang tuanya pindah ke Bangka, di sanalah ia tumbuh remaja dan dewasa. Di tengah keluarga dan dengan teman-teman sesama urang awak, sehari-hari Yusril menggunakan bahasa Minang.
Pada Kabinet Indonesia Bersatu I yang dipimpin Presiden SBY, keduanya masih dipercaya menjadi menteri. Bachtiar Chamsyah tetap sebagai Menteri Sosial, tetapi Yusril pindah pos menjadi Menteri Hukum dan HAM, yang di pertengahan periode digantikan Andi Mattalata.

Terakhir pada Kabinet Indonesia Bersatu II, ada tiga putra Minang. Gamawan Fauzi sebagai Menteri Dalam Negeri, Tifatul Sembiring menjadi Menteri Kominfo, dan Patrialis Akbar sebagai Menteri Hukum dan HAM. Ketika ada reshuffle digantikan Amir Syamsuddin.
Mereka putra terbaik bangsa yang lahir dari rahim Ranah Minang, berjuang demi ibu pertiwi, menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi kejayaan bangsa.
Mereka ikut membangun republik ketika kesejahteraan rakyat belum terwujud. Merupakan kebanggaan poisitf bagi Ranah Minang, tetapi tidak mengecilkan arti dan peranan putra bangsa lainnya.
Sebagian besar diantara mereka kini sudah tiada, pergi menghadap Tuhan. Semoga amal bakti mereka, mendapatkan pahala yang setimpal. Semoga Ranah Minang tetap melahirkan pejuang dan pemimpin masa depan, dalam mewujudkan Indonesia yang jaya dan sejahtera.( Os bextah )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar