Selasa, 04 Desember 2012

PEMIMPIN DI MINANGKABAU

                                                   
                 KEPEMIMPINAN ORANG MINANGKABAU


Pemimpin di Minangkabau harus mempunyai tiga sifat kepe­mimpinan yaitu kepe­mim­pinan Islam (Nabi Muham­mad. SAW), kepemimpinan Sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Kepemimpinan menurut adat Minangkabau (kearifan lokal),

Pertama, kepemimpinan Islam (Nabi Muhammad. SAW), Minangkabau adalah suku bangsa yang mendiami Sumatera Barat dan mayo­ritas penduduknya beragama Islam yang dikenal dengan falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato adat ma­makai, maka pemimpin di Minangkabau sifat kepe­mimpin seperti sifat Nabi Muhammad. SAW harus di­mi­likinya.


Kedua, kepemimpinan menurut Sistem Pemerintah Republik Indonesia,seorang pemimpin harus mengetahui lembaga-lembaga yang bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain agar tercapainya tujuan penyelenggaran negara.


Ketiga kepemimpinan me­nurut adat Minangkabau, seorang pemimpin di Minang­kabau harus memiliki sifat yang khas dalam tatanan kehidupan bermasyarakat di Minangkabau, yang me­ngan­dung nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di Minangkabau yang juga mempunyai nilai-nilai falsafah yang dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.


Pemimpin di Minangkabau tersebut harus tau jo kato nan ampek.mak­sudnya adalah kato mandata, kato mandaki, kato manurun dan kato malereangdi Minangkabau pemimpin itu hanyalah di dahulukan selang­kah dan di tinggikan seranting, jadi pemimpin itu sedikit lebih tinggi dan sedikit pula lebih dahulu dari anggota yang dipimpinnya, maka cara bertindak dan ber­ting­kah­lakupun harus diperhatikan dan selalu jadi perhatian. Artinya di Minangkabau pemimpin bukanlah mem­punyai kekuasaan sewenang-wenang dan bertindak se­enaknya saja, tetapi ada norma-norma tata pergaulan yang harus diperhatikan.



Maksud dari nan ampek adalah, kato mandata (men­datar) adalah kata-kata dan  sikap seorang pemimpin ter­hadap anggota yang sebaya atau kepada kawan dan ko­lega yang mungkin sama sepermainan, karena sama besar maka dalam suasana ini seorang pemimpin boleh bertindak dan berucap seperti biasa dan sewajarnya.
Kato mandaki (mendaki), dalam suasana ini seorang pemimpin berhadapan dengan orang yang mungkin lebih tua dari dirinya, sekalipun dia seorang pimpinan namun dalam menghadapi orang yang lebih tua dari dirinya ada aturan dan tatacaranya, tidak boleh memanggil waang (ka­mu) kepada yang lebih tua, mungkin di panggil uda (ka­kak), bapak, mamak, uni, amak, datuak dan lain se­bagainya.
Kato manurun (menurun), sikap atau perkataan menu­run ini apabila seorang pe­mimpin bersikap atau ber­hadapan dengan orang yang mungkin lebih muda dari dirinya, pada level ini pim­pinan boleh memanggil nama atau gelar, seperti adinda, angku tetapi tetap dengan tutur kata yang lemahlembut dan  santun.
Kato malereang (melereng), adalah sikap seorang pim­pinan dalam berhadapan atau berbicara dengan orang yang diseganinya, seperti urang sumando, ipar, bisan, dan sebagainya yang mungkin patut diseganinya. Pemimpin tidak boleh langsung me­ngatakan yang sebenarnya kepada orang atau kelompok ini tetapi melalui kiasan atau bahasa kias.

Dengan demikian dapat diketahui kebaikan budi dan indahnya basa-basi seorang pemimpin di Minangkabau tersebut, pepatah Minang mengatakanNan kuriak iyolah kundi nan merah iyolah sago, nan baik iyolah budi, nan indah iyolah bahaso,” pepatah Minang juga me­ngatakannan tuo dihormati, nan ketek disayangi, nan samo gadang bao baiyo, nan lum­puah paalau ayam, nan buto pa ambuih lasuang, nan pakak palatuihan badia, nan cadiak tampek batanyo. ka lurah samo manurun, ka bukik samo mandaki, tatung­kuik samo makan tanah, tatilantang samo makan am­bun. Dari istilah ini menan­dakan di Minangkabau ma­syarakatnya egaliter (terbuka), saling menghargai, senasib sepenaggungan dan tatanan kehidupan yang sangat demok­rasi.

Di samping itu untuk menjadi pemimpin di Minang­kabau adalah nan cadiak candikio, orang yang berilmu pengetahuan dan memiliki intelektual serta seorang yang terpelajar, nan arif bijaksano yaitu seorang yang mempuyai sifat adil dalam mengambil kebijakan, bak pepatah Mi­nang­kabau mengatakan tibo dimato ndak dipiciangkan, tibo diparuik ndak dikampihkan, nan tau dirantiang dan ka­manyangkuik, tau diduri nan kamancucuakartinya selalu siap siaga dengan ancaman yang akan dihadapi.Tau jo angin nan basaru, tau di ombak nan badabua, tau dikarang nan taungguak, tau dipasang nan katurun naiak, alam takambang jadi guru. Artinya  waspada dengaan keadaan sekarang dan tahu pula dengan keadaan yang akan datang, berani meng­hadapi tantangan ke depan.

Dengan sifat-sifat dan jiwa kepemimpinan seperti ini maka seorang pemimpin itu akan menjadi teladan bagi anggota yang dipimpinnya ditengah kehidupan bermasyarakat di Minangkabau.(Os bextah)