KEPEMIMPINAN ORANG MINANGKABAU
Pertama, kepemimpinan Islam (Nabi Muhammad. SAW), Minangkabau adalah suku bangsa yang mendiami Sumatera Barat dan mayoritas penduduknya beragama Islam yang dikenal dengan falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato adat mamakai, maka pemimpin di Minangkabau sifat kepemimpin seperti sifat Nabi Muhammad. SAW harus dimilikinya.
Kedua, kepemimpinan menurut Sistem Pemerintah Republik Indonesia,seorang pemimpin harus mengetahui lembaga-lembaga yang bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain agar tercapainya tujuan penyelenggaran negara.
Ketiga kepemimpinan menurut adat Minangkabau, seorang pemimpin di Minangkabau harus memiliki sifat yang khas dalam tatanan kehidupan bermasyarakat di Minangkabau, yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di Minangkabau yang juga mempunyai nilai-nilai falsafah yang dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.
Pemimpin di Minangkabau tersebut harus tau jo kato nan ampek.maksudnya adalah kato mandata, kato mandaki, kato manurun dan kato malereang. di Minangkabau pemimpin itu hanyalah di dahulukan selangkah dan di tinggikan seranting, jadi pemimpin itu sedikit lebih tinggi dan sedikit pula lebih dahulu dari anggota yang dipimpinnya, maka cara bertindak dan bertingkahlakupun harus diperhatikan dan selalu jadi perhatian. Artinya di Minangkabau pemimpin bukanlah mempunyai kekuasaan sewenang-wenang dan bertindak seenaknya saja, tetapi ada norma-norma tata pergaulan yang harus diperhatikan.
Maksud dari nan ampek adalah, kato mandata (mendatar) adalah kata-kata dan sikap seorang pemimpin terhadap anggota yang sebaya atau kepada kawan dan kolega yang mungkin sama sepermainan, karena sama besar maka dalam suasana ini seorang pemimpin boleh bertindak dan berucap seperti biasa dan sewajarnya.
Kato mandaki (mendaki), dalam suasana ini seorang pemimpin berhadapan dengan orang yang mungkin lebih tua dari dirinya, sekalipun dia seorang pimpinan namun dalam menghadapi orang yang lebih tua dari dirinya ada aturan dan tatacaranya, tidak boleh memanggil waang (kamu) kepada yang lebih tua, mungkin di panggil uda (kakak), bapak, mamak, uni, amak, datuak dan lain sebagainya.
Kato manurun (menurun), sikap atau perkataan menurun ini apabila seorang pemimpin bersikap atau berhadapan dengan orang yang mungkin lebih muda dari dirinya, pada level ini pimpinan boleh memanggil nama atau gelar, seperti adinda, angku tetapi tetap dengan tutur kata yang lemahlembut dan santun.
Kato malereang (melereng), adalah sikap seorang pimpinan dalam berhadapan atau berbicara dengan orang yang diseganinya, seperti urang sumando, ipar, bisan, dan sebagainya yang mungkin patut diseganinya. Pemimpin tidak boleh langsung mengatakan yang sebenarnya kepada orang atau kelompok ini tetapi melalui kiasan atau bahasa kias.
Dengan demikian dapat diketahui kebaikan budi dan indahnya basa-basi seorang pemimpin di Minangkabau tersebut, pepatah Minang mengatakan “Nan kuriak iyolah kundi nan merah iyolah sago, nan baik iyolah budi, nan indah iyolah bahaso,” pepatah Minang juga mengatakan “nan tuo dihormati, nan ketek disayangi, nan samo gadang bao baiyo, nan lumpuah paalau ayam, nan buto pa ambuih lasuang, nan pakak palatuihan badia, nan cadiak tampek batanyo. ka lurah samo manurun, ka bukik samo mandaki, tatungkuik samo makan tanah, tatilantang samo makan ambun. Dari istilah ini menandakan di Minangkabau masyarakatnya egaliter (terbuka), saling menghargai, senasib sepenaggungan dan tatanan kehidupan yang sangat demokrasi.
Di samping itu untuk menjadi pemimpin di Minangkabau adalah nan cadiak candikio, orang yang berilmu pengetahuan dan memiliki intelektual serta seorang yang terpelajar, nan arif bijaksano yaitu seorang yang mempuyai sifat adil dalam mengambil kebijakan, bak pepatah Minangkabau mengatakan tibo dimato ndak dipiciangkan, tibo diparuik ndak dikampihkan, nan tau dirantiang dan kamanyangkuik, tau diduri nan kamancucuak, artinya selalu siap siaga dengan ancaman yang akan dihadapi.Tau jo angin nan basaru, tau di ombak nan badabua, tau dikarang nan taungguak, tau dipasang nan katurun naiak, alam takambang jadi guru. Artinya waspada dengaan keadaan sekarang dan tahu pula dengan keadaan yang akan datang, berani menghadapi tantangan ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar